Modernis.co, Palembang – Upaya penguatan ideologi berorganisasi, Komisariat IMM FP UM Palembang menghadirkan Sekretaris PWM Sumsel periode 2017-2022 yakni, Ustadz Dr. H. Suroso PR, S.Ag M.Pd.I mengisi tentang materi Kemuhammadiyahan pada kegiatan Darul Arqam Dasar (DAD) hari Jumat (17/03/2023) malam pukul 20.00-21.30 WIB di Komplek SD dan SMP Muhammadiyah, Kecamatan Kalidoni, Kota Palembang, Sumatera Selatan.
Ustadz Dr. H. Suroso PR, S.Ag M.Pd.I menyampaikan sejarah Muhammadiyah berdiri. Dan juga faktor yang melatarbelakangi Muhammadiyah didirikan. Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta, pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H/18 November 1912 oleh seorang yang bernama Muhammad Darwis, kemudian dikenal dengan KHA Dahlan.
KH A Dahlan memimpin Muhammadiyah dari tahun 1912 hingga tahun 1922 dimana saat itu masih menggunakan sistem permusyawaratan rapat tahunan. Berdirinya Muhammadiyah adalah karena alasan-alasan dan tujuan-tujuan sebagai yakni, membersihkan Islam di Indonesia dari pengaruh dan kebiasaan yang bukan Islam, reformulasi doktrin Islam dengan pandangan alam pikiran modern, Reformulasi ajaran dan pendidikan Islam, dan mempertahankan Islam dari pengaruh dan serangan luar.
Latar belakang berdirinya Muhammadiyah di antaranya didorong oleh beberapa faktor, Yang melandasi berdirinya Muhammadiyah adalah landasan normatif yaitu pendalaman Kyai Ahmad Dahlan terhadap ayat Al-Qur’an dan As-Sunnah terutama QS. Ali Imran ayat 104. “…Dan hendaklah ada segolongan dari umat yang menyeru kepada al-Khair (kebaikan) dan memerintahkan kepada ma’ruf dan mencegah kepada kemunkaran, mereka itulah orang yang beruntung.”
Pada ayat tersebut, KH. Ahmad Dahlan berpikir bahwa melalui ayat tersebut, Allah swt menyuruh umat-Nya untuk berdakwah dan menyebarkan kebaikan secara berkelompok atau organisasi. Karena keburukan yang terorganisir lebih baik daripada kebaikan yang tidak terorganisir.
Ayat yang menyerukan supaya ada sekelompok orang yang menyeru kepada al-khair dan memerintahkan kepada al-Ma’ruf dan mencegah kepada kemunkaran ini yang menjadi landasan spirit normative bagi mendirikan perkumpulan organisasi Muhammadiyah. Karena itulah Muhammadiyah menyatakan diri sebagai organisasi Gerakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar.
“…Jadilah kalian umat terbaik yang mengeluarkan manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari kemunkaran, beriman kepada Allah kalau Ahli Kitab beriman itu lebih baik bagi mereka sebagai orang beriman; namun kebanyakan mereka berbuat fasiq…” ( QS Ali Imran (3): 110).
Menjadi umat terbaik (khaira ummah). Itulah yang menjadi dasar normatif kenapa Muhamamdiyah muncul. Karena Muhammadiyah yang dipelopori KH Ahmad Dahlan tergerak untuk tampil menjadi umat terbaik dengan membawa cita-cita dakwah untuk senantiasa amar makruf nahi munkar.
Secara historis berdirinya Muhammadiyah disebabkan oleh faktor sosio historis, baik faktor internal maupun eksternal. Adapun secara internal latar belakang historis yang menjadikan Muhammadiyah berdiri antara lain yakni, di tubuh umat Islam terjangkit kebodohan dalam ilmu agama dan ilmu pengetahuan/sains, muncul dan menyebarnya sikap taklid buta (tidak memahami ajaran agama) di kalangan umat Islam, munculnya dan berkembangnya budaya feodalistik, munculnya gaya hidup hedonistik materialistic, ruh semangat memajukan Islam (ruh al-jihad) lemah., perpecahan dan hilangnya solidaritas di kalangan umat Islam, dan bangkit kesadaran umat Islam yang dipelopori pembaharu (Mujadid) sepert Sayid Jamaluddin AlAfghani dan Muhammad Abduh di abad 19-20 M.
Adapun faktor eksternal berdirinya Muhammadiyah yakni, umat Islam selama berabad-abad ada dalam kolonialisasi bangsa asing (barat) membuatnya bodoh dan miskin, hilangnya harga diri dan kemanusiaan umat Islam di mata bangsa Barat (penjajah), munculnya sebagian budaya-budaya yang tidak sesuai dengan spirit ajaran Islam merembes ke tubuh umat Islam, masuknya pengaruh budaya barat (Belanda) yang bersifat negatif, seperti materialistic, korupsi, dan munculnya gerakan misionaris dan zending di tanah air.
“Muhammadiyah adalah gerakan Islam dan Dakwah amar makruf nahi munkar dan tajdid, berasas Islam, bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dari identitas Muhammadiyah tersebut terdapat tiga ciri atau karakter dasar dari organisasi yang didirikan oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan ini, yaitu karakter pergerakan, karakter dakwah, dan karakter tajdid. Adapun tujuan Muhammadiyah ialah menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya,” jelas Ustadz Dr. H. Suroso PR, S.Ag M.Pd.I itu.
Ketidak murnian Islam, karena umat tidak lagi memegang teguh tuntunan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Banyak sekali taklid, bid’ah, khurafat, syirik yang merusak kemurnian aqidah. Pada praktek ibadahpun, terdapat banyak sekali bentuk-bentuk budaya yang mulai bercampur menjadi satu dengan ritual ibadah Islam, sehingga layaknya seperti tuntunan Nabi Muhammad SAW.Hal tersebut menjadi pendorong kuat Muhammadiyah harus didirikan. (PY)